Blog

PT Equityworld Futures Cyber 2 Jakarta – Tarif 25% untuk India dan Sanksi atas Perdagangan dengan Rusia: Dampaknya terhadap Ekonomi Global

04:33 31 July in Economy, Global
0 Comments
0

Latar Belakang Kebijakan Tarif Baru

Pemerintah Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan mantan Presiden Donald Trump, kembali mengguncang panggung perdagangan internasional dengan kebijakan tarif baru. Kali ini, India menjadi sasaran utama dengan rencana penerapan tarif sebesar 25% atas ekspor mereka ke AS. Kebijakan ini tidak berdiri sendiri, melainkan disertai dengan ancaman sanksi tambahan terkait hubungan dagang India dengan Rusia, khususnya dalam sektor energi

Alasan di Balik Kebijakan Tarif

Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi Trump untuk menekan negara-negara mitra dagang agar lebih sejalan dengan kepentingan geopolitik dan ekonomi Amerika Serikat. Dalam kasus India, fokus utama adalah pembelian energi dari Rusia yang dianggap bertentangan dengan sanksi internasional yang diberlakukan terhadap Moskow. Trump menilai bahwa India tidak bisa terus menikmati akses pasar AS tanpa konsekuensi atas kebijakan luar negerinya yang tidak sejalan dengan Washington

Dampak terhadap India

Sektor Ekspor Terancam

Tarif 25% akan memberikan tekanan besar terhadap sektor ekspor India, terutama produk-produk teknologi, farmasi, dan tekstil yang selama ini menjadi andalan dalam perdagangan dengan AS. Kenaikan tarif ini diperkirakan akan mengurangi daya saing produk India di pasar Amerika, yang pada akhirnya bisa menurunkan volume ekspor dan memperlemah pertumbuhan ekonomi India.

Ketegangan Diplomatik

Selain dampak ekonomi, kebijakan ini juga berpotensi memperburuk hubungan diplomatik antara India dan Amerika Serikat. India selama ini berusaha menjaga keseimbangan hubungan dengan berbagai kekuatan global, termasuk Rusia dan AS. Namun, tekanan dari Washington bisa memaksa New Delhi untuk meninjau ulang kebijakan luar negerinya, yang bisa menimbulkan ketegangan baru di kawasan Asia Selatan.

Sanksi atas Perdagangan dengan Rusia

India bukan satu-satunya negara yang menghadapi tekanan dari AS terkait hubungan dagang dengan Rusia. Namun, sebagai salah satu pembeli utama energi Rusia, India menjadi sorotan utama. Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi tambahan jika India tidak menghentikan pembelian minyak dan gas dari Rusia. Langkah ini merupakan bagian dari upaya AS untuk mengisolasi Rusia secara ekonomi sebagai respons atas konflik geopolitik yang sedang berlangsung

Reaksi Pasar dan Dunia Internasional

Ketidakpastian Global

Kebijakan tarif dan sanksi ini menambah ketidakpastian dalam perdagangan global. Investor dan pelaku pasar menjadi lebih berhati-hati, yang tercermin dari fluktuasi pasar saham dan nilai tukar mata uang di berbagai negara. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, juga bisa terdampak secara tidak langsung akibat perubahan arus perdagangan dan investasi global.

Potensi Retaliasi

India kemungkinan besar tidak akan tinggal diam. Pemerintah India dapat merespons dengan kebijakan balasan, seperti menaikkan tarif impor terhadap produk AS atau mempererat hubungan dagang dengan negara-negara lain seperti Tiongkok dan Uni Eropa. Retaliasi semacam ini bisa memicu perang dagang baru yang merugikan semua pihak.

Implikasi terhadap Hubungan AS-India

Hubungan antara AS dan India selama ini cukup erat, terutama dalam bidang pertahanan dan teknologi. Namun, kebijakan tarif dan sanksi ini bisa menjadi batu sandungan serius. Jika tidak dikelola dengan baik, ketegangan ini bisa menghambat kerja sama strategis yang selama ini dibangun kedua negara, termasuk dalam menghadapi pengaruh Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik.

Kesimpulan: Dunia dalam Persimpangan Baru

Kebijakan tarif 25% terhadap India dan ancaman sanksi atas perdagangan dengan Rusia mencerminkan pendekatan unilateralis yang kembali dihidupkan oleh Trump. Langkah ini menandai pergeseran dari diplomasi multilateral menuju tekanan ekonomi sebagai alat utama kebijakan luar negeri. Dunia kini berada di persimpangan baru, di mana stabilitas ekonomi global sangat bergantung pada bagaimana negara-negara besar mengelola perbedaan kepentingan mereka.

Jika ketegangan ini terus meningkat, bukan tidak mungkin dunia akan menghadapi gelombang baru proteksionisme dan fragmentasi ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan dialog terbuka dan kerja sama internasional untuk menghindari eskalasi lebih lanjut yang bisa merugikan semua pihak.

Sumber: CNBC, Newsmaker.id

News Maker 23 – Indonesia News Portal for Traders

Demo EWF

Demo Equityworld

No Comments

Post a Comment