PT Equityworld Futures Cyber2 Jakarta – Dolar AS Melemah Terhadap Yen, Dekati Level Terendah Dua Tahun Terhadap Sterling
Nilai tukar dolar AS terus mengalami tekanan dalam beberapa waktu terakhir, terutama terhadap yen Jepang dan pound sterling Inggris. Pada perdagangan terbaru, dolar AS melemah signifikan terhadap yen Jepang, mendekati level terendah dua tahun terhadap pound sterling. Fenomena ini memicu kekhawatiran di pasar keuangan global dan menimbulkan berbagai spekulasi tentang arah kebijakan moneter dan ekonomi AS di masa mendatang.
Tekanan Pada Dolar AS
Pelemahan dolar AS yang terjadi belakangan ini tidak lepas dari kombinasi beberapa faktor, baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu faktor utama adalah ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan akan lebih dovish. Para pelaku pasar semakin yakin bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga rendah untuk jangka waktu yang lebih lama, bahkan mungkin mempertimbangkan penurunan suku bunga lebih lanjut jika perekonomian AS menunjukkan tanda-tanda pelemahan.
Selain itu, data ekonomi AS yang baru dirilis menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan, terutama dalam sektor ketenagakerjaan dan manufaktur. Tingkat pengangguran yang masih tinggi serta lemahnya pertumbuhan produksi industri semakin menambah tekanan pada dolar AS. Kondisi ini diperburuk oleh meningkatnya ketidakpastian global, termasuk ketegangan geopolitik dan potensi resesi di berbagai negara maju, yang mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman seperti yen Jepang dan emas.
Yen Jepang Menguat
Sementara itu, yen Jepang mendapatkan dukungan kuat dari sentimen risk-off yang berkembang di pasar global. Yen, yang dikenal sebagai mata uang safe haven, cenderung menguat ketika investor merasa khawatir terhadap kondisi ekonomi global. Ketidakpastian yang meningkat akibat perang dagang, ketegangan geopolitik, dan ketidakpastian kebijakan moneter global membuat yen menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan.
Bank of Japan (BoJ) juga memainkan peran penting dalam pergerakan yen. Meskipun BoJ terus menerapkan kebijakan moneter yang sangat longgar, termasuk suku bunga negatif, yen tetap menguat karena investor global melihat Jepang sebagai negara yang relatif stabil di tengah ketidakpastian global. Selain itu, kebijakan fiskal dan moneter Jepang yang konsisten memberikan keyakinan kepada investor bahwa ekonomi Jepang mampu bertahan dari tekanan eksternal.
Pound Sterling Menguat Terhadap Dolar AS
Di sisi lain, pound sterling Inggris juga menunjukkan penguatan yang signifikan terhadap dolar AS. Penguatan ini sebagian besar didorong oleh meningkatnya optimisme pasar terhadap prospek ekonomi Inggris setelah negara tersebut berhasil mencapai beberapa kesepakatan dagang penting pasca-Brexit. Selain itu, Bank of England (BoE) telah memberikan sinyal bahwa mereka mungkin akan segera menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi yang mulai meningkat.
Inflasi di Inggris telah menjadi perhatian utama BoE, terutama setelah data terbaru menunjukkan lonjakan harga konsumen yang lebih tinggi dari perkiraan. Kondisi ini memaksa BoE untuk mempertimbangkan kebijakan moneter yang lebih ketat guna menjaga stabilitas harga. Akibatnya, pound sterling terus menguat terhadap dolar AS, bahkan mendekati level tertinggi dua tahun.
Dampak Terhadap Pasar Keuangan
Pelemahan dolar AS ini memiliki dampak yang cukup luas terhadap pasar keuangan global. Pertama, dolar yang lebih lemah membuat harga komoditas seperti minyak dan emas cenderung naik, karena komoditas ini dihargai dalam dolar AS. Ketika dolar melemah, harga komoditas dalam mata uang lain menjadi lebih murah, yang mendorong permintaan global.
Kedua, pelemahan dolar AS juga memberikan keuntungan bagi negara-negara berkembang yang memiliki utang dalam dolar. Ketika dolar melemah, beban pembayaran utang dalam dolar menjadi lebih ringan bagi negara-negara ini, yang dapat membantu mereka mengelola keuangan negara dengan lebih baik.
Namun, di sisi lain, pelemahan dolar AS juga dapat menimbulkan risiko inflasi bagi ekonomi AS. Dolar yang lebih lemah membuat barang impor menjadi lebih mahal, yang pada gilirannya dapat mendorong inflasi domestik. Jika inflasi terus meningkat, The Fed mungkin harus mempertimbangkan kembali kebijakan suku bunganya, yang bisa menjadi tantangan bagi perekonomian AS yang saat ini sedang berjuang untuk pulih dari dampak pandemi COVID-19.
Outlook Ke Depan
Ke depan, pergerakan dolar AS kemungkinan besar akan tetap dipengaruhi oleh perkembangan kebijakan moneter The Fed serta kondisi ekonomi global. Jika The Fed memutuskan untuk mempertahankan kebijakan dovish, dolar AS mungkin akan terus berada di bawah tekanan. Namun, jika data ekonomi AS menunjukkan perbaikan yang signifikan, The Fed mungkin akan mengubah pendekatannya, yang bisa memberikan dukungan bagi dolar AS.
Selain itu, perkembangan di negara-negara lain seperti Jepang dan Inggris juga akan berperan penting dalam menentukan arah pergerakan mata uang ini. Investor akan terus memantau kebijakan BoJ dan BoE serta bagaimana kedua bank sentral ini merespons kondisi ekonomi di negara masing-masing.
Secara keseluruhan, dolar AS menghadapi tantangan besar di tengah meningkatnya ketidakpastian global dan prospek kebijakan moneter yang tidak menentu. Dalam jangka pendek, yen Jepang dan pound sterling Inggris kemungkinan besar akan terus menguat terhadap dolar AS, kecuali ada perubahan signifikan dalam kebijakan atau data ekonomi yang dapat membalikkan tren ini.
Sumber: Reuters, ewfpro
No Comments