
PT Equityworld Futures Cyber2 Jakarta – Emas Alami Penurunan Harian Terbesar Bulan Ini, Pedagang Bersiap untuk Pidato Powell di Jackson Hole
Harga emas mengalami penurunan harian terbesar dalam bulan ini, tertekan oleh penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi AS. Penurunan harga emas ini terjadi di tengah kekhawatiran pasar menjelang pidato penting Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, di simposium ekonomi tahunan Jackson Hole, yang diadakan di Wyoming, Amerika Serikat.
Penurunan Harga Emas di Tengah Penguatan Dolar
Harga emas turun tajam pada perdagangan hari Rabu, menandai penurunan harian terbesar sejak awal bulan. Harga emas berjangka untuk pengiriman Desember di bursa Comex New York turun sebesar $22,10, atau sekitar 1,12%, ditutup pada $1.921,60 per ons. Sementara itu, harga emas spot yang mencerminkan perdagangan langsung turun $21,78 atau 1,1%, menjadi $1.913,12 per ons.
Penurunan harga emas ini terutama dipicu oleh penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Indeks dolar, yang mengukur kinerja dolar terhadap enam mata uang utama lainnya, naik sebesar 0,3% menjadi 103,50. Kenaikan dolar ini membuat emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan terhadap emas berkurang.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik menjadi 4,30%, level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Kenaikan imbal hasil obligasi ini menambah tekanan terhadap harga emas, karena obligasi yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi dianggap sebagai alternatif investasi yang lebih menarik dibandingkan emas, yang tidak memberikan imbal hasil tetap.
Fokus Pasar pada Pidato Powell di Jackson Hole
Penurunan harga emas ini juga terjadi di tengah spekulasi pasar menjelang pidato Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, di simposium ekonomi Jackson Hole. Pidato Powell ini sangat dinantikan oleh pelaku pasar, karena dianggap dapat memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter The Fed di masa mendatang.
Pasar saat ini sedang mencari sinyal apakah The Fed akan terus menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi, ataukah Powell akan mengisyaratkan jeda dalam pengetatan kebijakan moneter. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung memberikan tekanan pada emas, karena meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil, seperti emas.
Menurut Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, “Pasar sedang dalam mode menunggu dan melihat menjelang pidato Powell di Jackson Hole. Jika Powell memberikan nada hawkish, kita bisa melihat lebih banyak tekanan pada harga emas.”
Di sisi lain, Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, mencatat bahwa emas kemungkinan akan tetap tertekan dalam jangka pendek, karena kekhawatiran pasar terhadap potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut dari The Fed. “Jika Powell mengisyaratkan bahwa suku bunga akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama, emas bisa turun lebih jauh,” kata Hansen.
Pengaruh Global dan Permintaan Fisik Emas
Selain faktor domestik di AS, kondisi global juga turut mempengaruhi harga emas. Permintaan fisik emas dari negara-negara konsumen utama seperti China dan India dilaporkan melemah, yang semakin menambah tekanan pada harga emas. Perlambatan ekonomi global, terutama di China, membuat permintaan emas dari sektor industri dan perhiasan menurun.
Namun, meskipun permintaan fisik melemah, permintaan emas dari investor institusional dan bank sentral tetap stabil. Bank-bank sentral di beberapa negara terus menambah cadangan emas mereka sebagai langkah diversifikasi portofolio dan perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi global.
“Permintaan dari bank sentral terus mendukung pasar emas, tetapi tidak cukup untuk mengimbangi tekanan dari penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi,” kata Moya.
Prospek Harga Emas ke Depan
Meskipun emas mengalami penurunan tajam, beberapa analis percaya bahwa emas masih memiliki potensi untuk bangkit kembali, terutama jika kondisi ekonomi global memburuk atau jika The Fed akhirnya memutuskan untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
Dalam jangka pendek, harga emas diperkirakan akan terus dipengaruhi oleh pergerakan dolar AS dan imbal hasil obligasi. Namun, jika inflasi di AS tetap tinggi dan pertumbuhan ekonomi melambat, emas bisa kembali menarik minat sebagai aset lindung nilai.
Sementara itu, data ekonomi yang akan dirilis dalam beberapa minggu ke depan, termasuk laporan pekerjaan AS dan angka inflasi, akan menjadi fokus utama pasar. Data-data ini akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai langkah-langkah kebijakan moneter The Fed ke depan.
“Emas masih memiliki potensi untuk menjadi aset yang menarik, terutama jika ada tanda-tanda bahwa The Fed mungkin menghentikan kenaikan suku bunga lebih awal dari yang diharapkan,” kata Hansen.
Di tengah ketidakpastian pasar, emas tetap menjadi salah satu aset yang banyak dicari oleh investor sebagai bentuk perlindungan terhadap volatilitas pasar dan risiko ekonomi global. Namun, dalam jangka pendek, harga emas kemungkinan akan tetap tertekan oleh kekuatan dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi.
Dengan pidato Powell yang semakin dekat, pasar emas akan terus berada dalam mode waspada, dan pergerakan harga emas bisa menjadi sangat fluktuatif tergantung pada nada dan isi pidato tersebut. Hingga saat itu, investor akan tetap fokus pada data ekonomi dan perkembangan global yang dapat mempengaruhi harga emas lebih lanjut.
Sumber: Dow Jones Newswires, ewfpro
No Comments