PT Equityworld Future Cyber2 Jakarta – Minyak Mengalami Penurunan Terburuk Sejak 2018 karena OPEC+ Gagal Membendung Penurunan
Pasar minyak global saat ini mengalami penurunan mingguan terpanjang sejak 2018, dipicu oleh kekhawatiran meningkat terkait kelebihan pasokan global. Para pedagang semakin skeptis mengenai efektivitas pemangkasan pasokan lebih dalam oleh OPEC+ untuk mengatasi situasi ini.
Poin Utama:
- Patokan global Brent, yang diperdagangkan di atas $74 per barel, menuju penurunan mingguan ketujuh berturut-turut. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) berada di bawah $70 per barel setelah mengalami penurunan signifikan sebesar 11% selama enam sesi terakhir.
- Kurva ke depan yang banyak diamati tengah terperosok dalam struktur kontango bearish hingga pertengahan tahun depan. Kontrak-kontrak cepat diperdagangkan dengan harga diskon dibandingkan dengan yang dijadwalkan untuk tanggal kemudian.
- Meskipun produsen minyak utama seperti Arab Saudi menyatakan kesiapan untuk memperpanjang batas produksi setelah Maret, ke skeptisan masih meluas menyusul pertemuan OPEC dan sekutunya yang baru-baru ini. Pasar merespon dengan tenang terhadap rencana kelompok tersebut untuk pemangkasan produksi tambahan.
- Kekhawatiran meluas dari dinamika pasokan ke tren permintaan. Proyeksi menunjukkan bahwa konsumsi minyak Tiongkok diperkirakan akan tumbuh sebesar 500.000 barel per hari tahun depan, angka yang jauh lebih rendah dari peningkatan yang teramati pada tahun 2023. Sementara itu, di Amerika Serikat, banyak ekonom memperkirakan resesi akan dimulai tahun depan.
- Minyak mentah Brent untuk penyelesaian bulan Februari berhasil naik 0,7%, mencapai $74,59 per barel pada pukul 09.34 pagi waktu Singapura pada hari Jumat. Sebaliknya, Brent ditutup pada level terendah sejak Juni pada hari Kamis.
- WTI untuk pengiriman bulan Januari juga naik sebesar 0,7%, mencapai $69,85 per barel pada timestamp yang sama. (Sumber: Bloomberg)
Analisis:
Tren menurun dalam harga minyak tetap berlanjut bahkan setelah negara-negara produsen minyak utama, termasuk Arab Saudi, Rusia, Aljazair, dan Kuwait, memberikan isyarat tentang potensi perpanjangan pemangkasan produksi. Skeptisisme yang meluas di pasar menggarisbawahi perlunya penilaian menyeluruh terkait dinamika minyak global.
Sentimen bearish ini semakin diperparah oleh kekhawatiran terkait tren permintaan, khususnya di Tiongkok, pemain kunci dalam konsumsi minyak global. Pertumbuhan yang diantisipasi dalam permintaan minyak China tahun depan jauh di bawah ekspansi yang kuat yang terjadi pada tahun 2023. Sementara itu, AS menghadapi bayang-bayang resesi ekonomi, menimbulkan kekhawatiran tentang permintaan masa depan.
Struktur kontango bearish dalam kurva ke depan mencerminkan ketidakpastian peserta pasar tentang masa depan, dengan kontrak-kontrak jangka pendek diperdagangkan dengan harga diskon. Hal ini menunjukkan kurangnya keyakinan terhadap efektivitas langkah-langkah OPEC+ dan rasa hati-hati yang meluas di kalangan pedagang.
Penurunan yang berkepanjangan dalam harga minyak menandakan pergeseran lebih luas dalam dinamika pasar, memunculkan pertanyaan tentang keberlanjutan keseimbangan pasokan dan permintaan saat ini. Sementara OPEC+ berusaha menavigasi tantangan ini, pasar tetap waspada, dan hasil pertemuan terakhir hanya sedikit memberikan kepercayaan.
Tinjauan:
Saat harga minyak terus menurun, para peserta pasar harus memantau dengan cermat faktor-faktor pasokan dan permintaan. Keseimbangan yang rapuh antara pemangkasan produksi dan kondisi ekonomi yang berkembang kemungkinan akan menentukan jalur harga minyak dalam beberapa bulan mendatang.
Investor dan pedagang harus tetap waspada, mempertimbangkan dampak potensial dari perkembangan geopolitik, keputusan OPEC+, dan indikator ekonomi pada pasar minyak. Di era ketidakpastian yang meningkat, pemahaman komprehensif tentang tren makroekonomi dan dinamika sektor khusus menjadi kunci untuk pengambilan keputusan yang terinformasi.
Sebagai kesimpulan, tantangan saat ini di pasar minyak menegaskan pentingnya adaptabilitas dan pengambilan keputusan strategis dalam menavigasi kompleksitas sektor energi. Saat industri berhadapan dengan dinamika yang berkembang, para pemangku kepentingan harus tetap terinformasi dan gesit untuk memanfaatkan peluang yang muncul dan mengurangi risiko dengan efektif.
Sumber: Bloomberg, ewfpro
No Comments