PT Equityworld Futures Cyber – Mengoptimalkan Potensi Keuntungan: Euro Menguat, Dolar Tertekan Jelang Laporan Pekerjaan
Mengoptimalkan Potensi Keuntungan: Euro Menguat, Dolar Tertekan Jelang Laporan Pekerjaan Dalam jagat dinamika pasar keuangan, mata uang euro meraih penguatan yang signifikan, sementara dolar AS menghadapi tekanan menjelang pelaporan data pekerjaan. Pada hari Kamis, 31 Agustus 2023, pada pukul 08:05 WIB, mata uang Euro/USD (EUR/USD) mengemuka sebagai sorotan utama. Euro mencapai level tertingginya dalam 15 tahun terhadap yen, mencerminkan tanda-tanda inflasi yang berpengaruh di Eropa. Di sisi lain, dolar AS mengalami tekanan mengingat adanya antisipasi data konsumsi, inflasi, dan pekerjaan yang dapat menguatkan bukti tentang perlambatan ekonomi.
Para pelaku pasar memperkirakan situasi ini meningkatkan peluang peningkatan suku bunga di Eropa pada bulan mendatang, yang kini mencapai sekitar 50-50. Akibatnya, mata uang euro mengalami kenaikan sebesar 0,4 persen menjadi $1,0923. Mata uang ini menunjukkan stabilitas pada awal perdagangan sesi Asia dan kini telah naik dalam tiga sesi berturut-turut terhadap dolar serta lima sesi beruntun terhadap yen. Bahkan, mata uang euro mencapai puncak tertingginya dalam 15 tahun terhadap yen, yakni pada level 159,76 yen.
Selaras dengan kenaikan euro, mata uang pound sterling juga mengalami penguatan. Saat ini, pound sterling tetap berada pada kenaikan di level $1,2713.
Sejumlah data yang penting diharapkan akan dirilis pada hari Kamis ini. Di antaranya adalah data PMI dari Tiongkok yang diprediksi akan menunjukkan kelemahan, sehingga mengakibatkan yuan memiliki pergerakan yang minimal pada awal perdagangan luar negeri. Data inflasi di seluruh Eropa juga menjadi perhatian, demikian pula data konsumsi pribadi dan PCE inti dari Amerika Serikat yang dianggap sebagai ukuran inflasi pilihan Federal Reserve.
Tidak hanya itu, data upah AS akan diumumkan pada hari Jumat, yang mana dolar AS telah merasakan tekanan seiring dengan angka-angka tingkat kedua minggu ini yang mengindikasikan penurunan, termasuk data lowongan pekerjaan dan gaji swasta.
Pada hari sebelumnya, Departemen Perdagangan Amerika Serikat merevisi angka pertumbuhan kuartal kedua menjadi 2,1 persen, turun dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 2,4 persen.
Imbal hasil Treasury AS tenor dua tahun turun sekitar 17 basis poin menjadi 4,888 persen pada minggu ini. Sementara itu, data berjangka Federal Reserve mencerminkan kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 40 persen pada akhir tahun, dibandingkan dengan angka sekitar 55 persen pada awal minggu. Imbal hasil sepuluh tahun juga turun sebesar 12 basis poin menjadi 4,1139 persen.
Tidak hanya di AS, mata uang Antipodean juga mengalami pergerakan bergejolak terhadap dolar AS pada hari sebelumnya. Namun, pergerakan ini tidak mampu dipertahankan seiring dengan antisipasi akan data Tiongkok yang kemungkinan lemah. Di samping itu, mata uang tersebut juga menghadapi kemungkinan kenaikan suku bunga di Australia dan Selandia Baru.
Di sisi lain, yen Jepang mengalami pelemahan dalam bulan ini, turun sekitar 2,6 persen terhadap dolar AS. Hal ini disebabkan oleh prediksi para investor akan tetap rendahnya suku bunga di Jepang dan tingginya suku bunga di Amerika Serikat. Harga yen saat ini berada di level 146,07 per dolar. (knc)
Sumber: Reuters, ewfpro
No Comments